Gempita.co – Sebuah pabrik kecil di Kabupaten Mialo, Taiwan, menjelang Tahun Baru Imlek sibuk mempersiapkan perayaan tersebut.
Sekelompok perempuan tua di pabrik tersebut sibuk membuat uang roh atau uang kertas sesajen. Mereka dengan sungguh-sungguh menghiasi lembar demi lembar kertas kuning berlapis warna emas dan perak itu secara tradisional.
Keluarga Chen, pemilik pabrik itu, sama sekali menghindari penggunaan mesin untuk membuat uang sesajen tersebut, tidak seperti halnya pabrik-pabrik uang seperti itu di kota-kota besar.
Mereka meyakini uang yang dibakar untuk persembahan kepada para dewa dan leluhur ini akan lebih bermakna bila dibuat dengan tangan sendiri.
Chen Feng-e, pemilik sekaligus pekerja di pabrik itu, merasa bangga dengan apa yang telah dikerjakannya selama ini. Perempuan berusia 70 tahun ini mengatakan, “Saya sudah melakukan ini selama lebih dari 10 tahun. Sulit untuk menghitung berapa lembar sehari yang saya buat. Satu tumpukan seperti ini saja sudah lebih dari 100 lembar.”
Permintaan uang sesajen menjelang Tahun Baru Imlek memang meningkat secara signifikan. Banyak orang membelinya untuk untuk kemudian dibakar sewaktu berdoa meminta keturunan, kemakmuran dan umur panjang.
Chen Miao-Fang, putri pemilik pabrik itu, mengaku bisnisnya terancam oleh pabrik-pabrik besar yang memanfaatkan mesin. Tapi ia mengatakan, ia akan terus bertahan selama memungkinkan.
“Sekarang ini, uang sesajen di pabrik kami dibuat dengan tangan, tidak seperti di tempat-tempat lain. Mereka bisa memproduksi sebanyak yang diinginkan para pelanggan. Kami tidak bisa melakukan itu. Kami perlahan-lahan berubah menjadi industri yang sekarat dan perlahan-lahan akan memudar. Di masa depan, produksi uang sesajen mungkin akan digantikan oleh mesin,” jelasnya.
Permintaan uang sesajen biasanya tinggi selama liburan Tahun Baru Imlek dan peringatan Bulan Hantu yang tahun ini jatuh pada bulan Agustus.
Sumber: voa