Asal-asul Tradisi Angpau Imlek, Berawal dari Legenda Melawan Hantu

Ilustrasi

Gempita.co – Tradisi angpau di Tahun Baru Imlek, mungkin banyak yang tak tahu makna tradisi ini, termasuk penggunaan amplop berwarna merah dengan ornamen emas.

Waketum Departemen Pemuda Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Erwin Tjioe menjelaskan, tradisi memberi angpau berawal dari sebuah legenda melawan hantu.

Erwin menceritakan, zaman dulu ada hantu kecil bernama Sui yang hobinya mengganggu anak-anak dengan cara memegang kepalanya. Kemudian, anak yang dipegang kepalanya, akan sakit demam tinggi dan kelamaan jadi bodoh. Hal ini kemudian membuat keluarga di zaman itu jadi takut tidur ketika malam hari jelang Imlek.

“Kemudian ada satu keluarga yang sudah lama menikah dan baru punya anak. Lalu mengajak anaknya bermain koin uang tembaga, sampai dia mengantuk dan tertidur. Setelah itu, pasangan itu membungkus koin dengan kertas merah dan menaruhnya di samping bantal si anak,” kata Erwin dilansir dari laman VOI.id.

Malamnya, lanjut Erwin, hantu Sui yang bergentayangan kemudian mendatangi anak tersebut dan hantu tersebut kaget ketika ada kilauan sinar yang ada di kertas merah tersebut dan tak jadi memegang kepala anak pasangan tersebut.

Mendapati anaknya tertidur saat malam jelang Imlek dan tak diganggu, pasangan itu langsung menceritakan pengalaman ini pada tetangganya.

“Sejak itu kebiasaan memberi angpau menjadi turun menurun. Orang tua atau orang yang telah menikah selalu memberi angpau kepada anak-anak pada malam Imlek,” ungkap Erwin.

Selain untuk menghindari hantu Sui, Erwin juga menjelaskan angpau ini juga dibagikan oleh orang tua dengan harapan si pemberi mendapat berkah dan kesehatan.

Warna merah di amplop angpau ini, dijelaskan dia juga melambangkan kemeriahan dan kehangatan. Sehingga, warna ini jugalah yang kerap digunakan dalam ornamen yang ada jelang imlek seperti lampion.

Yang penting, ketika kamu belum menikah, jangan kemudian coba-coba memberikan angpau. Sebab, mitosnya, si pemberi bukan mendapat berkah malah dijauhkan dari jodohnya.

“Angpao hanya diberikan oleh orang tua dan orang yang sudah berpasangan,” kata Erwin.

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali