AS – Rusia Makin Tegang, Diplomat Rusia Dituding Mata-mata

Washington, Gempita.co – Sanksi baru dijatuhkan Pemerintah AS terhadap 12 orang pejabat Rusia pada Kamis (15/4/2021).

Tidak hanya itu, Gedung Putih juga menuding 10 diplomat Rusia memata-matai AS dan meminta mereka meninggalkan negaranya.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Gedung Putih mengatakan Departemen Keuangan AS akan memblokir perusahaan negaranya yang melakukan transaksi keuangan dengan institusi dan individu Rusia yang berada dalam sanksi.

Padahal, Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahan Biden berusaha untuk menjalin hubungan yang stabil dengan Rusia, tetapi alih-alih membangun, ia justru ingin meningkatkan kontrol lebih kuat terhadap Moskow secara politik.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi langkah baru Biden dengan mengatakan bahwa Moskow akan membalas sanksi AS terhadap negaranya. Dia menyebut sanksi AS terhadap Rusia sebagai hambatan bagi kemungkinan pertemuan antara Presiden AS dan Rusia.

Sanksi baru pemerintahan Biden terhadap Rusia, juga menyebabkan pengusiran 10 diplomat Rusia dari AS. Langkah ini jelas bukan keputusan simbolis tetapi substansial, dan menunjukkan keseriusan Biden dalam menghadapi Moskow.

Langkah AS, yang sebenarnya merupakan unjuk kekuatan Gedung Putih terhadap Moskow, bertentangan dengan isi kontak telepon Biden baru-baru ini dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin dan klaim kerja sama dalam sejumlah masalah, termasuk perubahan iklim dan JCPOA.

Hubungan AS dan Rusia memburuk di bawah pemerintahan baru AS yang dipimpin Joe Biden.

Pemerintahan Biden secara terbuka meningkatkan sikap konfrontasinya terhadap Moskow sejak menjabat, terutama dengan dalih campur tangan Rusia dalam pemilu presiden AS dan serangan siber.

Pada pertengahan Maret 2021, badan-badan intelijen AS merilis sebuah laporan yang mengklaim bahwa Putin telah mengizinkan operasi infiltrasi Rusia untuk melemahkan Biden dalam pemilu presiden 2020, dan menciptakan perpecahan politik di Amerika Serikat.

Moskow membantah klaim tersebut dan menggambarkan laporan intelijen AS sama sekali tidak berdasar, dan menekankan bahwa hal itu atu-satunya alasan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.

Ian Bremmer, seorang ahli politik percaya bahwa hubungan antara AS dan Rusia selama periode Biden mungkin akan menjadi yang terburuk sejak runtuhnya Uni Soviet.

Faktanya, pemerintah Biden telah mengambil pendekatan aktif untuk menghadapi Rusia. Kini, bersamaan dengan sanksi, AS melancarkan perang psikologis terhadap Rusia, terutama kepada Vladimir Putin.

Dalam sebuah wawancara pada pertengahan Maret lalu, Joe Biden menyebut Vladimir Putin sebagai “pembunuh”, dan menekankan bahwa presiden Rusia harus membayar uang tebusan, jika keterlibatan Rusia dalam pemilu presiden AS terbukti valid.

Rusia juga mengumumkan bahwa mereka telah memanggil duta besarnya di Washington untuk “memeriksa hubungan masa depan dengan Washington,” dan sekarang telah mengumumkan bahwa duta besar Rusia tidak akan kembali ke Washington dalam waktu dekat.

Dengan demikian, ketegangan antara Washington dan Moskow memasuki babak baru. Pada saat yang sama, mengingat konvergensi baru Eropa dan Amerika Serikat selama periode Biden, tindakan bersama mereka terhadap Rusia akan meningkat melebihi sebelumnya.

Sumber: parstoday

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali