Banyak Dicari Peternak Ayam, Bisnis Belatung Menghasilkan Puluhan Juta Rupiah

Gempita.co – Salikin, pria asal Dusun Sandongan, Desa Saribaya, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, coba menggeluti budidaya belatung atau maggot.

“Saya mulai budidaya maggot sejak 2017 atas dasar kepedulian. Kita tahu fasilitas pembuangan sampah itu terbatas dan bisa mencemari lingkungan,” kata Salikin, 42 tahun, dikutip rri.co.id.

Belatung ini bukan sembarang belatung, karena berasal dari jenis Black Soldier Fly.

Jenis itu biasa dikenal dengan nama lalat tentara hitam dalam Bahasa Indonesia. Kemampuannya adalah mengurai sampah organik.

“Maggot bisa mengurai sampah organik hingga lima kali lipat berat badannya. Misalnya 1 kilogram tentara maggot, maka bisa mengurai sampah organik hingga 5 kilogram,” ujar .

Untuk mendapatkan limbah organik, Salikin menyebutkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Misalnya pengelola pasar tradisional, perusahaan, rumah sakit, hingga pondok pesantren.

“Sumber sampah kami dapatkan dari pasar, perusahaan yang memiliki produk kedaluwarsa, atau limbah dapur rumah sakit, rumah makan, dan pondok pesantren,” katanya.

Budidaya maggot ini juga bisa meningkatkan perekonomian. Itu karena diketahui maggot memiliki potensi pasar yang besar.

“Maggot banyak dicari peternak ayam, burung, atau dan ikan. Mereka tahu maggot punya protein tinggi buat pakan ternaknya,” ucap Salikin.

Ia lantas mengungkapkan dalam sebulan, “Rumah Maggot Lombok” miliknya mampu memproduksi 1 ton maggot. Sekilo maggot segar dijual dengan harga Rp5.000-7.000, kalau maggot kering dijual dengan harga Rp70.000-100.000 per kilogram.

“Alhamdulillah dalam sebulan dapat jutaan hingga puluhan juta rupiah. Sebab tidak ada yang tersisa dari maggot, bahkan komposnya bisa buat pupuk,” ujar Salikin.

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali