BPPTKG: Tercatat Kegempaan Merapi Sebanyak 232 Kali

Jakarta, Gempita.co – Gunung Merapi sepekan terakhir intensitas kegempaan dilaporkan Balai Penyelidkan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) lebih rendah dari minggu lalu.

“Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi,” kata Hanik melalui keterangan tertulis pada Jumat malam.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Analisa kegempaan pada sepekan terakhir ini tercatat 217 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.621 kali gempa Fase Banyak (MP), 6 kali gempa Low Frekuensi (LF), 284 kali gempa Guguran (RF), 303 kali gempa Hembusan (DG) dan 9 kali gempa Tektonik (TT).

“Apabila dibandingkan dengan pekan lalu, intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah,” ucap Hanik.

Hanik menjelaskan jumlah kegempaan di Gunung Merapi jika dibandingan dengan periode 4-10 Desember memang mengalami penurunan.

Dalam periode tersebut, tercatat kegempaan Merapi sebanyak 232 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.692 kali gempa Fase Banyak (MP), 5 kali gempa Low Frequency (LF), 256 kali gempa Guguran (RF), 209 kali gempa Hembusan (DG) dan 2 kali gempa Tektonik (TT) .

Sementara untuk pengamatan secara secara visual, pada pagi hari Gunung Merapi terpantau cerah dan berkabut pada siang hingga malam hari.

Kemudian asap berwarna putih terpantau dengan intensitas ketebalan tipis hingga tebal dan bertekanan lemah.

Pada 15 Desember 2020 pukul 07.45 WIB lalu, tinggi asap maksimum 150 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos.

Kemudian pada 14 Desember 2020 pukul 08.42 WIB, guguran teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan.

Teramati jarak luncur maksimal sejauh 1,5 kilometer ke arah hulu Kali Senowo.

Data deformasi Gunung Merapi minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 9 cm/hari.

Deformasi Merapi ini dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM).

Hanik menjelaskan potensi bahwa Gunung Merapi saat ini tetap pada radius 5 kilometer dari puncak Merapi.

“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 km,” kata dia.

Sumber: anadolo agency

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali