China Tak Bergeming, Patroli Militer Filipina Mondar-mandir di Laut China Selatan

Jakarta, Gempita.co – Lembaga riset asal Amerika Serikat mendeteksi peningkatan patroli oleh Filipina secara signifikan di laut Filipina Barat dalam setahun belakangan.

Lembaga Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) menilai hal itu menunjukkan tekad Filipina di tengah kehadiran China yang terus-menerus di perairan tersebut.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Upaya patroli Filipina yang meningkat mengirim pesan bahwa Manila bertekad untuk menegaskan haknya,” ungkap AMTI dikutip dari media lokal Philstar, Jumat.

Dalam laporannya, AMTI mengamati terdapat 13 kapal penegak hukum atau militer Filipina yang mengunjungi perairan di sekitar Spratly Islands dan Scarborough Shoal sebanyak 57 kali dalam kurun waktu 1 Maret-25 Mei 2021.

Menurut AMTI, terjadi peningkatan signifikan dibanding periode Mei 2020-Februari 2021 di mana terdapat 3 kapal yang hanya mengunjungi perairan sama sebanyak tujuh kali.

Lembaga itu juga menemukan Penjaga Pantai Filipina (PCG) meningkatkan patroli di Julian Felipe (Whitsun) Reef menyusul laporan kehadiran 220 kapal milisi maritim China di perairan itu.

Peningkatan patroli juga dilakukan Filipina di Pulau Pag-asa setelah kehadiran militer China pada 20 Maret.

AMTI mengungkapkan pihaknya hanya memantau kapal angkatan laut yang dapat dilacak melalui sistem identifikasi otomatis mereka.

AMTI sekaligus mencatat kapal milik Filipina, yang dapat melakukan perjalanan dengan aman di Laut Filipina Selatan jumlahnya terbatas.

Kendati demikian, AMTI menilai upaya Filipina tersebut tidak sebanding dengan kehadiran penjaga pantai yang hampir permanen dan milisi China di Laut China Selatan.

Menurut AMTI, kapal China tetap berada di posisi mereka hingga berminggu-minggu, sementara kapal Filipina berlayar menuju perairan tersebut dengan “terhuyung-huyung”.

AMTI mengatakan, kombinasi yang dilakukan Filipina, antara protes publik dan kehadiran yang lebih besar, tampaknya sukses membubarkan kapal China di Whitsun Reef dan Sabina Shoal.

Namun, langkah Filipina tersebut dinilai belum memengaruhi jumlah kapal China yang beroperasi di perairan yang disengketakan secara keseluruhan.

“Tetap saja, Filipina menarik perhatian yang lebih besar dan kecaman internasional terhadap aktivitas China, terutama di front milisi,” kata AMTI.

Sepanjang tahun 2021, Filipina sudah mengajukan setidaknya lima protes diplomatik terhadap China terkait isu Laut China Selatan.

Sumber: anadolu agency

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali