Ekspor Indonesia Tertekan Kena Imbas Perang Dagang China vs AS

Direktur Utama PT Duta Pertiwi Nusantara TBK Siang Hadi Widjaja - Foto: Istimewa

Jakarta, Gempita.co – Perang dagang yang berlarut-larut antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sejak Januari 2018, menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.

Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi global tercatat merosot tajam pada level 2,3%. Ini merupakan yang terendah dalam satu dasawarsa setelah terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 silam.
Imbasnya, kinerja ekspor Indonesia juga tertekan oleh perang dagang tersebut. Kendati demikian, tingkat konsumsi rumah tangga yang tinggi dan belanja pemerintah berhasil membantu menjaga pertumbuhan PDB Indonesia, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif stabil terjaga di 5,02%. Meski sedikit lebih rendah bila bila dibandingkan tahun 2018 sebesar 5,17%.
Direktur Utama PT Duta Pertiwi Nusantara TBK Siang Hadi Widjaja mengatakan, perusahaan tetap optimis dalam menghadapi situasi pelemahan pasar. Hal ini, dilakukan agar perusahaan tetap dapat memberikan kinerja yang positif dengan menerapkan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan.
“Kami akan lebih berhati-hati dalam memasarkan produk, mempertahankan mutu lem dan rutin melakukan kunjungan ke pabrik-pabrik pelanggan, agar kualitas produk tetap terjaga serta dapat bersaing dan bertahan,” ujarnya.
Sepanjang tahun 2019, perusahaan mencatatkan Pendapatan Penjualan sebesar 118,92 miliar atau menurun 17,06% dibanding tahun 2018. Namun, jumlah tersebut tercatat naik 8,11% dari target pendapatan tahun 2019 sebesar Rp 110 miliar.
Realisasi laba bersih yang dicapai Perusahaan pada tahun 2019 adalah sebesar Rp 3,94 miliar. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar Rp 5,44 miliar bila dibandingkan tahun 2018 sebesar 9,38 miliar. Sedangkan target laba bersih tahun 2019 adalah sebesar Rp 6 miliar atau lebih rendah Rp 2,06 miliar atau 34,33% dari yang ditargetkan.
Situasi ekonomi global yang tidak Menentu tentu akan menyulitkan begi perusahaan untuk memprediksi nilai kurs Rupiah terhadap USD. Penutupan kurs tengah BI akhir tahun 2019 sebesar Rp 14.481. kenaikan ini menyebabkan laba selisih kurs turun sebesar Rp 2,34 miliar.
Siang menambahkan, untuk menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambung, perusahaan menekankan pentingnya penerapan kata kelola penerapan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran dapat meminimalisir resiko-resiko yang dihadapi dan dapat berkontribusi dalam peningkatan kinerja perusahaan.
“Perusahaan menekankan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di seluruh jajaran Dewan Komisaris, Direksi sampai dengan karyawannya,” pungkasnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali