Fokus Kemenkop UKM: Bagaimana Meningkatkan UMKM Produsen dalam Ekosistem Digital?

Jakarta, Gempita.co – Sesuai data BPS, pandemi Covid-19 menyebabkan konsumsi rumah tangga untuk makanan dan minuman selain restoran terkontraksi 1,39 persen sepanjang tahun 2020. Sedangkan penyedia restoran dan hotel mengalami kontraksi sebesar 7,98 persen.

“Namun, kita harus terus optimis, berbagai survei menunjukkan adanya indikasi perbaikan belanja masyarakat di awal 2021. UMKM digital produktif merupakan kunci pemulihan ekonomi,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki, saat membuka secara virtual pada kegiatan BRIncubator UMKM Brilian yang diselenggarakan PT Ucoach Djivasrana Grahasada, Senin (19/4).

Bacaan Lainnya

Hasil survei World Bank 2021 menunjukkan bahwa 59,2 persen responden bermata pencaharian wiraswasta dan 74,1 persen mengandalkan penjualan online sebagai pendapatan utama.

Namun, 51 persen di antaranya adalah reseller. Produsen baru mencapai 11 persen.
“Hal ini menjadi fokus kita bagaimana meningkatkan UMKM produsen dalam ekosistem digital,” ujar Teten.

Menurut Teten, BRIncubator UMKM Brilian merupakan program yang sangat baik bagi UMKM kuliner untuk bertransformasi, masuk dalam ekositem digital, serta bersaing di pasar global. “Produk UMKM kuliner Indonesia sangat beragam dan kreatif. Hal ini didukung hasil pertanian Indonesia yang sangat kaya,” ucap Teten.

Karena itu, bagi Teten, peran Ucoach dan BRI sangat strategis untuk dapat mendampingi para UMKM, meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, manajemen usaha yang baik, serta digitalisasi. “Kami di Kemenkop UKM juga tengah memperkuat KUMKM,” tegas Teten.

Antara lain, dalam peningkatan kapasitas UMKM dilaksanakan melalui penguatan database, peningkatan kualitas SDM, pengembangan Kawasan/klaster terpadu UMKM.

Sementara dalam perluasan pasar dilaksanakan melalui Kampanye Bangga Buatan Indonesia (BBI), onboarding platform pengadaan barang dan jasa (LKPP, PaDI), Live Shopping, Sistem Informasi Ekspor UMKM, hingga penyediaan ruang 30 persen infrastruktur publik bagi UMKM.

Sedangkan dalam pengembangan kewirausahaan, pemerintah tengah menyusun Rancangan Perpres Pengembangan Kewirausahaan Nasional sekaligus turunan dari UU Cipta Kerja dan PP no 7/2021.

“Kami sebagai koordinator mengorkestrasi berbagai pihak terkait secara terintegrasi untuk mencapai target wirausaha muda mapan dengan inovasi, teknologi, berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja,” papar Teten pula.

Terlebih lagi, data Survei Angkatan Kerja Nasional atau Sakernas BPS, menunjukkan bahwa dampak pandemi Covid 19 meningkatkan jumlah pekerja informal sebesar 1,18 juta atau 2,62 persen dibandingkan tahun 2019.

Sedangkan rasio kewirausahaan di Indonesia saat ini sebesar 3,47 persen (relatif rendah dibandingkan Thailand 4,26 persen, Malaysia 4,74 persen , dan Singapura 8,76 persen).

“Karenanya Kewirausahaan menjadi solusi untuk menyerap pekerja informal,” pungkas Teten.

Pos terkait