Gempa Turki, BMKG: Pelajaran Penting untuk Indonesia

Gempita.co – Gempa berkekuatan 7,1 skala magnitudo di Provinsi Izmir Turki yang merusak ratusan bangunan pada Jumat siang (30/10/2020) waktu setempat diduga bersumber dari patahan atau sesar yang bergerak turun.

Gempa yang berpusat di Laut Aegea Yunani terasa hingga ke Kota Istanbul dan Kota Athena Yunani, hingga ke negara Bulgaria dan Makedonia Utara. Hingga Sabtu siang, tercatat jumlah tewas akibat gempa di Turki sudah mencapai 24 orang tewas, dan 804 orang terluka.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

”Episentrum gempa terletak di Laut Aegea, tepatnya berada pada jarak 17 kilometer dari pesisir barat Turki. Gempa terjadi karena patahan atau sesar yang bergerak turun,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, Sabtu (31/10/2020).

Ia menjelaskan, gempa tersebut dipicu aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault), yakni sebuah sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal fault) dengan panjang jalur sesar sekitar 30 km. Menurutnya, hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 100 aktivitas gempa susulan (aftershocks) sejak terjadinya gempa utama (mainshock) dengan magnitudo terbesar 5,1.

Ia menduga, sesar Sisam dekat Pulau Samos Yunani ini ”pecah” di dekat Menderes Graben Turki Barat, yang merupakan wilayah dengan sejarah panjang gempa, dengan sesar turun (normal fault).

”Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya enam kilometer, maka wajar jika gempa ini memicu terjadinya tsunami,” lontar Daryono.

Peristiwa tsunami akibat gempa ini tercatat dengan baik oleh banyak alat pengukur pasang surut dan para saksi mata di beberapa pulau di Yunani dan pantai di Turki. Walaupun ombak tsunami relative menyebabkan genangan dangkal antara 4 cm hingga 8 cm.

Menurut Daryono, wilayah Laut Aegea yang merupakan cabang Laut tengah secara historis adalah kawasan rawan gempa dan tsunami, dengan peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki akibat gempa berkekuatan 6,6 magnitudo pada 2017 lalu.

Sebelumnya gempa juga terjadi di Sesar Sisam pada 1904 dengan kekuatan 6,2 magnitudo, dan pada 1992 dengan kekuatan 6,0 magnitudo.

Ia menegaskan, gempa Turki-Yunani saat ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua orang yang tinggal di Indonesia. Hal itu karena wilayah Nusantara memiliki kondisi seismik aktif dan memiliki banyak jalur sesar aktif di dasar laut.

”Kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasinya baik mitigasi struktural dan non struktural,” tandas Daryono.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali