Hadapi Tren Metaverse, Internet Indonesia Harus Dibenahi

Gempita.co – Berbagai pihak dari perbankan hingga kampus di Indonesia mulai merambah metaverse. Transaksi kripto dan non-fungible token alias NFT juga pesat.

Tapi, pemerintah dinilai punya empat pekerjaan rumah dalam menghadapi tren teknologi baru dunia metaverse.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

President Director Smartfren Merza Fachys mengatakan, metaverse dan ekosistem di dalamnya seperti kripto dan NFT tidak akan laku tanpa internet.

“Metaverse tidak akan berjalan. Transaksi kripto akan banyak yang rugi kalau internet lambat,” kata Merza dilansir situs Kata Data Rabu (30/3).

Menurutnya, infrastruktur internet di Indonesia harus dibenahi, jika ingin gencar mengadopsi teknologi tersebut.

Saat ini, pemerintah menata spektrum frekuensi, salah satunya dengan memanfaatkan saluran dari migrasi TV analog ke TV digital atau analog switch off (ASO). Tapi ini masih kurang, masih banyak spektrum yang perlu ditata ulang yang membutuhkan waktu.

Kedua, mengatasi permasalahan fiber optik. Menurutnya, operator seluler kerap kali menemui masalah izin dalam menggelar infrastruktur internet ini, terutama dari pemerintah daerah.

Ketiga, aksesibilitas ke seluruh wilayah Indonesia harus terpenuhi. Saat ini, masih banyak wilayah terpencil di Indonesia yang belum tersentuh internet

CMO Pintu Timothius Martin mengatakan, metaverse, kripto, maupun NFT merupakan ekosistem yang saling terkait. Semua teknologi ini membutuhkan fondasi, salah satunya infrastruktur blockchain.

Keempat yang harus diselesaikan oleh pemerintah mengenai regulasi dan edukasi. Saat ini belum ada regulasi yang jelas mengatur masalah tersebut.

Kasus trading bodong yang menelan korban cukup besar membutuhkan dukungan regulasi pemerintah, sekaligus edukasi di tingkat masyarakat.

Saat ini beberapa sektor mulai dari perbankan hingga pendidikan gencar menggarap metaverse. Bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Tbk bekerja sama dengan WIR Group menggarap metaverse.

WIR Group juga berkolaborasi dengan inkubator Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Kaya.id untuk mengembangkan teknologi metaverse pada UMKM. Kolaborasi ini memungkinkan 400 UMKM beralih ke dunia virtual. Di sektor pendidikan, Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya dan Sekolah Tinggi Media Komunikasi Trisakti mengadopsi metaverse.

Selain itu, kripto semakin diminati di Indonesia. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, jumlah investor kripto mencapai 12,4 juta per Februari. Jumlahnya melampaui pasar modal 8,1 juta.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali