Ini alasan Peneliti SMRC dan LSI Denny JA Anggap Ganjar dalam posisi dilema

Foto: Peneliti SMRC Saidiman Ahmad (dok. screenshot YouTube SMRC)
Foto: Peneliti SMRC Saidiman Ahmad (dok. screenshot YouTube SMRC)

Gempita.co-Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman, menilai capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo sedang dalam posisi terjepit saat ini.

Hal itu merujuk pada merosotnya perolehan survei Ganjar usai bersikap kritis ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Kalau di survei kita pemilih yang puas terhadap Jokowi itu di survei sebelumnya masih besar di Pak Ganjar, sekarang ada penurunan,” kata Ikrama dalam diskusi Adu Perspektif detikcom bersama Total Politik, Rabu (22/11/2023).

“Walaupun memang angka migrasi belum pada titik mentok masih ada juga ceruknya di Pak Ganjar sebenarnya orang yang puas kepada Pak Jokowi masih banyak juga,” sambungnya.

Dia mengatakan Ganjar dan Mahfud harus berupaya berada di tengah. Dia menyebut Ganjar juga tak boleh membuang ceruk suara dari pendukung Jokowi.

“Posisi yang diperlukan oleh Ganjar-Mahfud adalah menarik ke tengah sekaligus tidak membuang ceruk yang dari kanan. Itu agak sulit memang dilematis, terjepit di antara suasana nuansa sedangkan hilal sudah mulai naik beberapa derajat di atas ufuk,” katanya.

Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad, juga menilai sikap kritis PDIP dan Ganjar ke Jokowi tidak tepat. Apalagi, katanya, survei menunjukkan kepuasan publik terhadap Jokowi masih tinggi.

“Dalam posisi sekarang memang terjepit. Tapi sebenarnya cukup beralasan wajah PDIP dan Ganjar sekarang agak berubah menjadi lebih kritis. Sebenarnya kalau kita lihat kalkulasi politiknya mungkin sekarang terlihat kurang memungkinkan karena begitu populernya Pak Jokowi approval rating 75-80%. Dalam posisi itu berseberangan dengan pemerintah menjadi sangat tidak populer,” katanya.

Namun, Saidiman menilai masih ada celah yang bisa dimaksimalkan kubu Ganjar-Mahfud. Celah itu berkaitan dengan isu politik dinasti.

Saidiman mengatakan dalam survei SMRC terbaru masih banyak publik yang belum mengetahui persoalan isu politik dinasti. Dia mengatakan hanya 38% publik yang menilai politik dinasti berbahaya bagi demokrasi.

“Kalau pengetahuan publik bertambah, ini bisa berbahaya buat calon yang dianggap publik didukung Pak Jokowi karena sentimen negatifnya bisa ke Pak Jokowi. Jadi apa yang dilakukan oleh PDIP dan Ganjar punya alasan, di tengah kesulitan itu dia harus keluar dari persoalan. Salah satu yang dia bisa keluar adalah ketika sentimen negatif itu diketahui publik,”tuturSaidiman.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali