Media Rusia ‘Sputnik’ Ungkap, AS Miliki Fasilitas Biolabs di Jakarta

Gempita.co – Laporan media resmi pemerintah Rusia, Sputnik menyebutkan Amerika Serikat (AS) memiliki fasilitas biolabs atau laboratorium biologis di Indonesia.

Temuan ini diungkapkan saat Moskow menemukan lab serupa milik Washington saat serangannya ke Ukraina.

Media itu melaporkan bahwa biolabs itu berada di Jakarta, tepatnya Jalan Percetakan Negara. Lab itu disebut merupakan rumah bagi NAMRU-2, sebuah fasilitas bioresearch yang menyimpan patogen dan virus berbahaya.

“Unit Penelitian Medis Angkatan Laut AS (NAMRU) berakar di Guam di bawah yayasan Rockefeller. Itu didirikan pada tahun 1955, sedangkan detasemen NAMRU-2 di Jakarta telah dibuka pada tahun 1970 untuk mempelajari penyakit menular yang berpotensi signifikansi militer di Asia,” tulis media resmi itu Jumat, (27/5/2022).

Dalam laporannya, Sputnik mengutip mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadillah Supari. Tapi lab tersebut dikatakan tidak menunjukkan performa penelitian yang signifikan.

Meski begitu, laboratorium dikatakan sangat tertutup sehingga sulit menentukan kemajuan penelitian dalam lab itu.

“Saya hanya tahu lab mereka sangat tertutup. Dan para penelitinya adalah Marinir Amerika, yang semuanya memiliki kekebalan diplomatik”, kata Siti kepada Sputnik.

“Kami tidak pernah tahu apa yang mereka bawa dalam tas diplomatik mereka. Ada juga beberapa peneliti dari Indonesia yang membantu mereka”.

Di laman yang sama, disebutkan pula bagaimana Siti awalnya menentang operasi lab ini. Ia menyatakan lab tersebut tidaklah transparan saat mendadak mengunjunginya pada 2008.

“Saya kira benar, kegiatan penelitian masih ada. Saya tidak bisa membuktikannya, tetapi dari apa yang saya baca dan dengar, kegiatan penelitian masih berlangsung dalam berbagai bentuk kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia. Saya pikir pemerintah harus menyadari hal ini,” tambahnya.

Sementara itu, Sputnik juga menulis, beberapa sumber menyebutkan bahwa para pemangku kebijakan AS tertarik memperdalam kerjasama kesehatannya dengan Indonesia. Ini dilakukan agar NAMRU-2 tetap dapat beroperasi dan tidak mengalami penolakan serius.

“Harapan terbaik untuk mempertahankan NAMRU-2 di Indonesia adalah untuk meyakinkan pembuat kebijakan utama tentang kegunaannya yang berkelanjutan bagi kedua negara”, tulis memo Departemen Luar Negeri AS kepada Mantan Dubes AS untuk RI, Cameron Hume, ditulis media itu.

Dugaan Palsu

Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) sejak awal sudah membantah tuduhan Rusia terkait pengembangan biolabs atau laboratorium biologi dan menyebutnya sebagai dugaan palsu.

“Dugaan palsu Kremlin terhadap laboratorium AS serta ancaman kimia, biologi, radiologi, dan nuklir (CBRN) di Ukraina merupakan contoh terbaru dari disinformasi yang telah berulang kali kami bantah selama bertahun-tahun di Ukraina dan di seluruh dunia,” demikian keterangan tertulis dikutip dari Kedubes AS, di Jakarta.

Rusia, dan sebelumnya, Uni Soviet, telah lama menuduh Barat atas tindakan terkait CBRN yang dilakukan. Menggunakan jaringan juru bicara resmi, media milik pemerintah, situs proxy, dan media sosial, Rusia berupaya mengeksploitasi ketakutan dan membuat sensasi terkait ancaman dengan menyebarkan disinformasi.

Kremlin telah meningkatkan kampanye disinformasi CBRN, dengan amplifikasi dari Republik Rakyat China (RRC), menduga bahwa laboratorium yang dimiliki dan dioperasikan negara asing yang bekerja dalam Program Kerjasama Mengurangi Ancaman (Cooperative Threat Reduction/CTR) Departemen Pertahanan AS adalah fasilitas senjata biologis.

Laboratorium-laboratorium ini digunakan untuk tujuan damai, memainkan peran yang sangat penting dalam penghancuran senjata kimia di Suriah dan Libya, mengurangi ancaman oleh aktor negara atau non-negara yang mendapatkan  atau mengembangkan senjata kimia dan biologi, dan  juga untuk perang melawan pandemi COVID- 19. Para peneliti independen secara otoritatif telah membantah klaim palsu ini.

Kebenaran telah melucuti senjata disinformasi Rusia. Kremlin menciptakan dan menyebarkan disinformasi dalam upaya untuk merancukan dan membingungkan masyarakat terkait aksi-aksi Rusia yang sebenarnya di Ukraina, Georgia, dan di tempat lainnya di Eropa.

Karena kebenaran tidak berpihak pada Kremlin, dinas intelijen Rusia membuat, menugaskan, dan memengaruhi situs web yang berpura-pura menjadi media peberitaan untuk menyebarkan kebohongan dan menabur perselisihan. Disinformasi adalah cara yang cepat dan cukup murah untuk menggoyahkan masyarakat dan menyiapkan panggung untuk aksi militer potensial.

Meskipun telah diekspos karena terlibat dalam kegiatan memfitnah ini berkali-kali, Rusia meneruskan upaya menentang norma-norma internasional dan stabilitas global.

Sumber: ATN

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali