Peradaban Mesir Kuno, Kucing Dihormati dan Dianggap Suci

Gempita.co – Sejak zaman dulu sekali, masyarakat negeri sungai Nil termasuk Raja Mesir Firaun mencintai kucing.

Sekitar 3.000 tahun yang lalu di peradaban Mesir kuno, kucing bukanlah hewan biasa. Hewan ini dihormati dan dianggap suci oleh bangsa Mesir. Semua ini bermula dari cerita Dewa Matahari Mesir kuno yang bernama Re.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Dikisahkan suatu ketika Re marah besar pada manusia.

Saking murkanya, Re mengirimkan putrinya yang berkepala singa, Sakhmet, untuk menghukum manusia. Sakhmet pun turun ke bumi.

Sakhmet digambarkan sebagai makhluk yang kejam dan ganas. Pada saat pembantaian, Re sadar bahwa dirinya membuat kesalahan dengan menurunkan Sakhmet ke bumi.

Untuk menenangkan Sakhmet, Re menghujani putrinya dengan anggur merah sebagai pengganti darah.

Sakhmet merasa puas dan kemudian tertidur pulas. Dari awalnya buas, Sakhmet pun kemudian menjadi jinak. Sejak saat itu, sosok kucing menjadi lambang dari keseimbangan baik dan buruk. Namun bukan berarti bangsa Mesir menyembah kucing.

Nama Sakhmet pun berubah saat dipuja menjadi dewa. Ia berganti nama menjadi Bast. Personifikasi Bast malah menjadi Dewi Kucing, pelindung rumah dan wanita hamil. Dewi ini dipuja semenjak masa Dinasti Kedua. Pusat pemujaannya terletak di Per-Bast.

Bastet digambarkan sebagai seorang perempuan dengan kepala kucing yang jinak.  Ketika digambarkan sebagai kucing, dia dihubungkan dengan bulan.

Ketika ditampilkan sebagai singa betina, ia dikaitkan dengan sinar matahari. Bastet memiliki dua kepribadian, jinak dan agresif.

Dia jinak dan lembut sebagai pelindung rumah dan wanita hamil. Ia juga agresif karena sifat alaminya. Sekitar 3.000 tahun lalu di peradaban Mesir kuno, kucing dihormati dan dianggap suci oleh bangsa Mesir.

Kucing menjadi simbol dalam ikonografi kaum bangsawan. Singa yang masuk dalam keluarga kucing menjadi lambang diberbagai bangunan megah masyarakat Mesir kuno.

Menurut beberapa penelitian tentang Egyptology, simbol kucing besar menjadi tanda raja aman dalam kekuasaannya dan percaya diri dalam mengatasi kekacauan.

Kucing dijadikan sebagai persembahan dan alat penimbang baik dan buruknya sebuah doa. Masyarakat Mesir kuno juga menjadikan kucing sebagai mediator untuk berkomunikasi dengan Dewa Matahari, Re.

Sumber: berbagai sumber

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali