Persiapan Sekolah Buka, Wakil Walikota Jaksel: Protokol Kesehatan Wajib Dijaga

Jakarta, Gempita

.Co– Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji mengunjungi

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Sekolah Pelita Harapan, Jakarta untuk mengecek Protokol Kesehatan, Selasa (8/12/2020).

Karena ada informasi jika di tahun 2021 sekolah akan dibuka lagi untuk belajar tatap muka.

“Tapi itu tergantung orang tuanya mengizinkan (anaknya belajar tatap muka) apa tidak ya,” kata Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji di Jakarta usai mengecek protkes di Sekolah Pelita Harapan.

“Saya wanti-wanti Protkes (protokol kesehatan) ketika kita jaga anak-anak kita dan orang-orang yang mengunjungi sekolah itu sendiri malah yang membawa virus corona. Antisipasi di sekolah, jangan sampai masuk orang lain, nanti malah meledak kasusnya,” akunya menambahkan tak ingin itu terjadi.

Dia juga mengingatkan agar disinfektannya di setiap sekolah di Jakarta harus selalu diperhatikan. “Disinfektannya harus diperhatikan, dibersihkan kemudian mungkin anak-anak yang akan masuk mengikuti pelajaran, di shift bergiliran,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, berita baik datang dari dunia pendidikan. Yang akan membuka sekolah di tahun 2021, belajar tatap muka.
“Sudah lama sekali rasanya, akhirnya Mas Menteri mulai memberi kesempatan untuk anak-anak kembali kedunia mereka,” tutur Zita Anjani, perempuan pertama yang menjadi Pimpinan DPRD DKI Jakarta dalam pesan tertulisnya.
“Sejujurnya saya menangis ketika mendengar kabar ini. Sesak di dada, akhirnya lega sudah. Doa-doa saya dan ibu-ibu lainnya terjawab setelah berkali-kali memberi masukan, dan berkali-kali juga hujatan dari buzzer datang menghantam saya,” kata Zita.

Sebagai unsur Pimpinan DPRD DKI Jakarta yang fokus terhadap Pendidikan, sambung Zita, dirinya sangat mendukung keputusan ini. “Saya masih tetap dengan pendirian yang sama, bahwa sekolah dan anak-anak adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” terang Zita.

Hal itu terbukti ketika anak menjadi korban setelah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan. Seperti kasus seorang siswa di Kalimantan yang bunuh diri akibat stress tugas menumpuk, dan juga kasus seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri akibat emosi sekolah daring.

Bahkan jika merujuk pada data i-Ready Digital Instruction and Assessment Software, bahwa hanya 60% orang dengan pendapatan rendah yang login di Online Learning, sedangkan orang kaya berada di angka 90% yang login di Online Learning. Ini membuktikan bahwa PJJ tidak hanya berhasil merenggut nyawa anak, tetapi juga telah mendiskriminasi pendidikan kita.

Penelitian di Irlandia membuktikan bahwa dari 56.000 siswa disekolah yang dites, hanya ditemukan 2 kasus, anak menularkan ke orang tuanya, selebihnya adalah kasus orang tualah yang menularkan ke anak. “Oleh karenanya, saya percaya bahwa sekolah tidak akan menjadi klaster, Gugus Tugas tidak perlu khawatir soal itu,” tandasnya.

“Saya berharap Pemerintah dukung sekolah-sekolah dengan membagikan masker gratis, dan menyediakan fasilitas lain untuk menopang penerapan protokol kesehatan di sekolah. Hal itu akan mempermudah sekolah menerapkan prokes dengan baik sebagaimana Jepang, Australia, dan Korea Utara membuka sekolah. Terutama untuk sekolah swasta yang kondisi keuangannya sangat memprihatinkan,” kata Zita.

Zita menambahkan, dia berpikir sudah saatnya Indonesia memfokuskan energi ke hal yang lebih substansi. “Jangan sampai kita terlarut dalam dinamika konflik antar kelompok. Jika Pemerintah ingin benahi Tanah Air, maka mulailah dari Pendidikan. Sebagaimana pesan Nelson Mandela bahwa, ‘Pendidikan Adalah Senjata Yang Paling Ampuh Yang Bisa Anda Gunakan Untuk Mengubah Dunia’,” pungkas Zita.

“Kepada seluruh elemen bangsa, mari kita bersatu untuk memajukan Pendidikan anak Indonesia, mulai dari sekarang!,” ajak Zita Anjani,

‘Kartini muda lulusan University College London jurusan Master in Public Policy’ itu.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali