Jakarta, Gempita.co – Pertumbuhan ekonomi indonesia pada 2020 lalu terkontraksi -2,07 persen yoy. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak krisis 1998, yakni -13,16 persen.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto. Menurutnya, kontraksi tersebut sebagai imbas dari pandemi Covid-19.
“Tahun 2020 ini Indonesia mengalami kontraksi -2,07% karena pandemi covid,” kata kecuk dalam telekonferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV/2020, Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Kecuk menjelaskan, pertumbuhan perekonomian Indonesia minus juga dialami negara lain. Menurut Kecuk, pertumbuhan ekonomi mitra dagang juga tercatat negatif.
“Seperti Amerika Serikat pada 2020 sebesar -3,5%, Singapura -5,8%, Korea Selatan -1,0%, Hong Kong -6,1% dan Uni Eropa -6,4%,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, China dan Vietnam berhasil tumbuh positif, yaitu masing-masing 2,3% dan 2,9%. Dia berpendapat pandemi Covid-19 memang berdampak buruk bagi hampir di setiap negara.
“Pandemi ini betul-betul menyebabkan kontraksi yang sangat buruk di berbagai negara,” ujar Kecuk.
Menurut 17 lapangan usaha, hanya 7 lapangan usaha yang tumbuh positif. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tumbuh 1,75%; jasa keuangan dan asuransi 3,25%, informasi dan komunikasi 10,58%.
Kemudian, jasa pendidikan 2,63%, real estat 2,32%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 11,60%, dan pengadaan air 4,94%.
“Selama pada 2020, ada 10 sektor yang mengalami kontraksi dan dampak pandemi yang terdalam terjadi untuk 2 sektor,” ujar Kecuk.