Pesilat Wanita Ini Ditantang Deddy Corbuzier hingga Petarung MMA

Chintya Candranaya/kapanlagi

Jakarta, Gempita.co – Dunia persilatan Tanah Air digemparkan dengan aksi pesilat wanita, Chintya Candranaya yang kerap memamerkan kesaktiannya di media sosial.

Namun, kesaktian Chintya diragukan oleh Deddy Corbuzier dan menudingnya hanya mencari sensasi.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Tudingan itu pun langsung dijawab Chintya dan kakaknya Anjar Weni melalui video siaran langsung di YouTube, pada 16 Agustus lalu.

Keduanya menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar.

Tak hanya Deddy, salah satu pihak yang dibuat geram dengan komentar Chintya adalah para petarung mixed martial arts (MMA) profesional. Mereka dibuat gerah atas pernyataan pesilat asal Lampung ini, yang menganlisa cuplikan video mereka.

Barisan petarung MMA nasional yang digawangi Suwardi, Rudy, dan Theo, langsung membentuk aksi #BeladiriBersatu.

Lantaran tak ada respons, mereka menggeruduk Chintya ke Lampung untuk membuktikan dari pihak berbagai klaim kesaktiannya.

Tak ada jawaban dari permintaan para petarung MMA tersebut. Bahkan, beberapa akun dan anggota gerakan itu diblokir oleh pihak Chintya.

Lantaran tak ada respons, pada akhir pekan ini, anggota gerakan #BeladiriBersatu menggeruduk markas Chintya di Lampung.

Tantangan salah satu akun instagram @peterpanjr_ dipenuhi Theo dan kawan-kawan. Sang pemilik akun sampai kaget dan ciut ketika bersua dengan mereka.

“Dari keduanya, tak ada yang datang. Kami cuma ditemui perwakilan mereka, kuasa hukumnya. Heran juga, kok malah didatangi kuasa hukum. Salah kami apa? Kan cuma mau pembuktian. Kami datangi ke markasnya tak ada juga. Muncul muridnya, lalu mereka mau pembuktian dengan benda-benda kayak gagang sapu berbahan seng, bukan seperti itu maksudnya,” kata Suwardi diansir dari viva.co.

Gerakan #BeladiriBersatu tak akan berhenti sampai di situ.

Meski gagal menemui kedua pesilat yang mengaku sakti tersebut, Suwardi dan kawan-kawan tetap akan menggelorakan gerakannya demi mengedukasi masyarakat yang awam tentang beladiri.

“Sekarang, kami sudah ke sana, silaturahmi, datang baik-baik, tapi tak diterima. Publik saja yang menilai. Soal apakah berhenti atau tidak, tentunya kami berjuang agar tak ada lagi pembodohan publik,” jelas Suwardi.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali