Pidato Menlu Retno di PBB: Kami Menolak Jadi Pion dalam Perang Dingin Baru

Gempita.co – Indonesia berkomitmen untuk memperkuat persatuan dan sentralitas ASEAN agar Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu tetap menjadi relevan dan penting bagi rakyat, kawasan, dan dunia.

“Adalah komitmen Indonesia untuk memperkuat sentralitas ASEAN dalam membentuk tatanan regional di Indo-Pasifik … menempa persatuan sebagai lokomotif perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan … dan untuk memastikan ASEAN penting bagi rakyat kita, bagi kawasan, dan bagi dunia,” ujar
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, saat menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-77.

Dalam pidatonya, Menlu Retno mengungkapkan keprihatinan bahwa di banyak kawasan, arsitektur regional pascaperang dibangun sebagai alat untuk mempengaruhi dan mengucilkan negara atau pihak tertentu.

“Fenomena ini berlanjut hari ini dengan pengelompokan mini-lateral. Banyak yang menjadi bagian dari perang proksi antara negara-negara besar. Ini bukanlah arsitektur regional yang seharusnya,” ucapnya.

Retno menegaskan bahwa arsitektur regional seharusnya berfungsi sebagai blok pembangun untuk perdamaian dan stabilitas, dan bukan untuk merusak.

“ASEAN dibangun tepat untuk tujuan ini. Kami menolak menjadi pion dalam Perang Dingin yang baru. Sebaliknya, kami secara aktif mempromosikan paradigma kolaborasi dengan semua negara,” ujar Menlu Retno.

Dia menambahkan bahwa ASEAN juga akan terus serius dalam menyikapi dan menangani situasi di Myanmar.

Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia sangat prihatin dengan kurangnya komitmen pihak militer Myanmar dalam menerapkan Konsensus Lima Poin.

Kelima poin konsensus yang disepakati Myanmar dengan para pemimpin ASEAN adalah pengakhiran segera kekerasan di Myanmar.

Juga dialog antara semua pihak terkait, penunjukan utusan khusus, penyaluran bantuan kemanusiaan oleh ASEAN untuk Myanmar.

Tak lupa kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak.

Pos terkait