Puskopti: Sejak 4 Bulan Pengrajin Tahu Tempe Mengeluh Harga Kedelai Capai 14 Ribu/Kg

Jakarta, Gempita.co – Kepala Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Sutaryo, mengungkapkan pengrajin tahu/tempe mengaku terdampak dengan tingginya harga kedelai yang mencapai Rp14 ribu per kilogram.

Kepala Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Sutaryo mengatakan kondisi ini terjadi sejak empat bulan lalu.

“Kelangkaan sih tidak, cuma tingginya harga saja dan berapapun dicari Kedelai masih dapat,” ujar Sutaryo dikutip dari RRI, Kamis (8/12/2022) malam.

Menurut Sutaryo, dengan tingginya harga kedelai, pihaknya menyiasati penjualan Tahu Tempe dengan mengurangi produksi.

“Yang pasti terdampak daya beli menjadi lemah, kemudian siasatnya yang pertama untuk tidak over penjualan biasanya dikurangi,” ujarnya.

Sutaryo menjelaskan, kalau harga Tahu Tempe dinaikkan maka konsumen akan menolaknya.

“Siasatnya kemudian produksi Tahu Tempe dikecilin produknya,” ujarnya.

Ia mengungkapkan pengurangan produksi Tahu Tempe dapat mencapai 30 persen.

“Bahkan ada yang mengurangi sampai 50 persen,” ujarnya.

Dengan tingginya harga Kedelai ini, ujarnya, membuat sebagian pengajin terpaksa tidak beroperasi lagi.

“Ada juga yang tidak beroperasi yang sudah tidak tahan, ada juga yang produksinya di bawah 50 kg dan ada yang menutup usahanya,” ucapnya.

Menurut Sutaryo, kondisi itu mayoritas terjadi di seluruh Indonesia.

“Mereka inginnya bertahan karena tidak mempunyai profesi lain kecuali menjadi pengrajin Tahu Tempe,” ucapnya.

Untuk itu, pihaknya meminta agar harga Kedelai dapat stabil di pasaran.

“Ini supaya mereka menentukan harga pokoknya penjualan menjadi serentak,” ujarnya.

Di sisi lain, ia mengakui pengrajin Tahu Tempe bergantung pada Kedelai impor menyusul tidak adanya Kedelai lokal.

“Itu karena Kedelai lokal tidak ada, sebenarnya bisa diterima oleh para pengrajin Tahu tetapi kalau pilihan mereka memilih impor,” ucapnya.

Untuk itu, ia meminta pemerintah mengintervensi komoditas kedelai ini jangka pendek. Hal itu karena para pengrajin tahu tempe tidak bisa menghindari dari barang impor.

Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, ia mendesak perlunya mengatur struktur pertanian Kedelai.

“Supaya tiap tahun jangan dipukul terus,” ujarnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali