Putin Marah Ukraina Masuk NATO, Laut Hitam Sambut Kapal Perang AS

Presiden Rusia Vladimir Putin/Foto:AP

Jakarta, Gempita.co – Sejumlah negara Barat dikabarkan mengirimkan kapal perangnya ke Laut Hitam, untuk mengantisipasi serangan Rusia ke Ukraina.

Mengutip The Hills, AS sudah mengirimkan kapal induknya Harry S. Truman dengan kelompok tempur ke Laut Hitam. Kapal ini akan bergabung dengan kapal-kapal perang negara-negara NATO lainnya untuk latihan perang besar-besaran, Neptune Strike 22, Senin (24/1/2022).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Kami akan menunjukkan kemampuan NATO untuk mengintegrasikan serangan maritim … untuk mendukung pencegahan dan pertahanan aliansi,” kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby.

“Kelompok penyerang akan berpartisipasi dalam manuver maritim terkoordinasi, pelatihan perang anti-kapal selam, dan pelatihan serangan jarak jauh,” tambahnya. “Ini tanda persatuan transatlantik.”

Sebelumnya kapal perang Spanyol juga dikabarkan berlayar bersama 200 pelaut ke Laut Hitam sejak Sabtu. Kapal jenis fregat itu akan bergabung dengan Standing NATO Maritime Group 2 (SNMG2) bersama kapal perang Turki dan Italia.

“Spanyol adalah anggota NATO yang berkomitmen, tetapi mengharapkan resolusi diplomatik untuk krisis tersebut,” kata Robles, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Inggris, yang juga bagian dari NATO, disebut CNBC International memasok 200 rudal ke Ukraina. Sebelumnya pasukan tempur juga sudah dikirim ke negara bekas Uni Soviet itu.

Hubungan Rusia dengan Ukraina memanas sejak 2014. Kala itu muncul revolusi menentang supremasi Rusia.

Massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Kerusuhan bahkan sempat terjadi sebelum berdamai di 2015 dengan kesepakatan Minsk.

Revolusi juga membuka kembali keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Sejak 2002, Ukraina telah berusaha masuk ke NATO.

Mengutip Al-Jazeera, memicu Putin marah. Karena prospek berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya.

Mengutip BBC sudah ada 100.000 tentara Rusia bersiaga dan diyakini naik menjadi 175.000 hingga akhir Januari ini. Bukan hanya tentara, itu termasuk tank dan altileri.

Salah satu pejabat Ukraina sempat mengatakan perang dunia ketiga bisa pecah jika Rusia menyerang. Presiden AS Joe Biden sempat berujar akan menjatuhkan pembalasan, termasuk sanksi ekonomi yang tak pernah dilihat Rusia sebelumnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali