Sri Mulyani ‘Dibayangi’ Ketidakpastian Global, Pengaruhi Program Pemulihan Ekonomi

Jakarta, Gempita.co – Ketidakpastian global dari gelombang dan varian baru virus korona terus membayangi program pemulihan.

Namun pemerintah mengklaim indikator-indikator ekonomi terus membaik pada awal tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sejauh ini Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak moderat dari pandemi.

Defisit Indonesia hanya mencapai 6,1 persen PDB, bahkan lebih rendah dibandingkan proyeksi APBN 2020 yang mencapai 6,34 persen.

Bandingkan dengan Malaysia yang mengalami kontraksi 6,5 persen, Singapura 10,8 persen maupun Filipina sebesar 8,1 persen.

Kontraksi ekonomi juga hanya 2,1 persen, lebih rendah dari Malaysia yang mencapai 5,6 persen, Singapura 5,8 persen, dan Filipina 8,4 persen.

Tingkat utang dan tambahan utang juga tetap terjaga dan menjadi salah satu yang terendah.

“Pemerintah menyeimbangkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan aktivitas ekonomi. Ini agar kesehatan masyarakat terjaga dan ekonomi tetap bergerak,” ujar Menteri Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa.

Menurut dia, pada Januari, PMI Manufaktur Indonesia mencapai level 52,2 point naik dari 51,3 pada Desember 2020.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur kembali pada fase ekspansi.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari juga surplus USD1,96 miliar, didukung ekspor yang lebih kuat, terutama minyak goreng kelapa sawit dan biji kakao.

“Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan menguat karena ada program perlindungan sosial untuk kelompok berpenghasilan rendah dan rentan,” ujarnya seperti dikutip Anadolu Agency.

Defisit sudah Rp45,7 triliun

Pada Januari ini, pemerintah sudah mencatat defisit hingga Rp45,7 triliun tumbuh 31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Defisit ini sudah 4,5 persen dari patokan dalam APBN senilai Rp1.006,4 triliun, setara dengan 0,26 PDB.

Defisit terjadi karena belanja lebih besar dari pendapatan pemerintah.

Belanja pemerintah pada Januari tercatat mencapai Rp145,8 triliun sedangkan pendapatan hanya Rp100,1 triliun.

Penerimaan dari sektor pajak sebesar Rp81 triliun, atau baru 5 persen dari target APBN 2021.

Meski demikian, angkanya menunjukkan perbaikan secara konsisten sejak triwulan ketiga 2020.

Menurut Menteri Sri Mulyani, pemerintah tetap berkomitmen agar target defisit APBN sebesar 5,7 dari PDB tidak meleset.

Ancaman re-ekskalasi Covid-19

Menteri Sri Mulyani mengingatkan bahwa pandemi Covid-29 ini pada November, Desember 2020 hingga Januari sempat mengalami kenaikan kasus positif yang cukup signifikan.

Berbagai upaya dilakukan seperti pengetatan restriksi khususnya negara maju untuk menahan laju infeksi secara global.

Hingga kini secara global sudah terkonfirmasi 112 juta orang terinfeksi Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 2,48 juta orang.

Di Indonesia pertambahan kasus positif Covid-19 hari ini mencapai 9.775 orang, sehingga total menjadi 1.298.608 orang.

Tingkat kesembuhan 85,1 persen, lebih tinggi dari rata-rata dunia. Tapi kematian 2,7 persen, lebih tinggi dari angka kematian global.

“Kita perlu mewaspadai potensi re-ekskalasi Covid-19. Kewaspadaan global tetap harus dijaga karena ada varian baru virus,” ujar dia.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali