Waspada! Dunia ‘Belum Baik-baik Saja’, Ada Virus Tersembunyi Jutaan Tahun di Antartika

Jakarta, Gempita.co – Ahli mikrobiologi Anirban Mahapatra menyatakan COVID-19 belum usai, mayat dan bangkai hewan yang membusuk terinfeksi penyakit mematikan diprediksi menjadi sumber pandemi berikutnya.

“Penyakit fatal seperti antraks, tetanus, dan cacar dapat tersimpan di lapisan es Arktik (wilayah di Kutub Utara), selama ribuan atau bahkan jutaan tahun,” ujarnya seperti dikutip dari Daily Star.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Menurutnya, ancaman infeksi menguat saat lapisan es seperti di Arktik, mencair dan gletser surut dengan cepat. Penyakit yang ‘tersembunyi’ di sana bisa menginfeksi manusia hingga menyebabkan wabah meluas.

Bahkan, sudah pernah ada kasus yang dilaporkan. Lima tahun lalu, serentetan kasus antraks di wilayah Arktik Siberia ditelusuri, rupanya berasal dari 2.300 bangkai rusa kutub yang membusuk dan ditemukan dalam lapisan es Arktik mencair.

Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal karena penyakit itu, dan ratusan orang terinfeksi dengan gejala parah, wabah terburuk yang pernah teecatat di wilayah tersebut selama 75 tahun. Selama musim panas, es mencair, membuat penduduk setempat menghadapi ancaman biologis yang tak terduga dan menakutkan.

Ahli biologi dr Mahapatra dalam sebuah penelitian di Amerika berpikir, ini hanyalah petunjuk tentang kemungkinan yang terjadi di masa depan. “Ada virus yang dapat bertahan selama puluhan, ratusan, ribuan dan secara teoritis bahkan jutaan tahun di dalam es,” jelasnya.

“Apa yang terjadi adalah kami menemukan banyak hewan yang sangat terpelihara dengan baik, seperti mamut, yang ditemukan oleh es yang mencair. Jika hewan-hewan ini terinfeksi virus dan bakteri, maka mereka dapat menyebarkannya ke hewan dan manusia lain,” sambung dia.

Ia mencontohkan salah satunya adalah cacar. Penyakit yang kemungkinan besar ditemukan pada populasi bangkai dan mayat di seluruh gletser dunia. “Ada potensi mengeluarkan virus yang tidak lagi kita hadapi. Apalagi yang keluar adalah mayat manusia yang sudah terjangkit cacar misalnya,” kata dia.

“Kami tidak divaksinasi cacar secara rutin, jadi bisa menjadi masalah jika virus itu hidup,” tuturnya. dr Mahapatra yang mempelajari pandemi Corona dan merilis buku terkait COVID-19 juga mengutip sebuah studi di Ohio State University tentang berbagai penyakit yang ditemukan di Dataran Tinggi Tibet.

“Apa yang mereka temukan adalah sejumlah virus, termasuk 28 dari es berusia 15.000 tahun yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Mahapatra.

Bisa seperti pandemi COVID-19?

Menurutnya, hal itu mungkin terjadi. Ia menyebutkan alasan mengapa wabah di sebuah desa kecil Siberia dapat menyebar ke Eropa, hingga memicu pandemi global mirip seperti COVID-19. “Jika yang ada di dalam es itu adalah infeksi saluran pernapasan, seperti COVID-19, maka ya itu bisa menyebabkan wabah besar,” bebernya.

“Jadi, secara kontinental ya, itu pasti kemungkinan besar untuk beberapa penyakit yang telah kita lihat keluar dari lapisan es sejauh ini.” Ia menjelaskan, desa-desa terpencil dapat melahirkan pandemi global yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pusat populasi yang tidak terlalu dekat dengan sumber es utama, termasuk Inggris, tidak mungkin terhindar.

“Ada gletser yang mencair di berbagai belahan dunia, Andes, Himalaya, bagian dari Pegunungan Alpen, jadi ini tidak hanya terkonsentrasi di Kutub Utara.”

Sumber Berita: Detik

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali