Kisah Petani Petai, Raup Untung Satu Pohon Rp75 Juta

Wakil Bupati Purwakarta, H. Aming usai panen petai di kebun miliknya/net

Gempita.co – Petai telah menjadi bahan makanan yang populer di berbagai masakan di seluruh wilayah Asia Tenggara, terutama dalam hidangan seperti sambal petai, rendang, atau gulai.

Namun tahukah anda bahwa para petani petai dapat meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Seperti yang terjadi pada Sueb (55) petani Lebak Kabupaten Lebak, Banten. dirinya berhasil mengantongi Rp45 juta dari hasil panen 6 pohon petai saja.

“Kita panen petai 6 pohon. Kita bisa mendapatkan Rp45 juta karena satu pohon terdapat 5 ribu papan dengan harga Rp1.500 per papan. Satu pohon biasanya menghasilkan Rp7,5 juta,” kata Sueb (55) seorang petani warga Bojongmanik Kabupaten Lebak, Sabtu (4/11).

Panen petai di wilayahnya cukup melimpah, karena hampir semua petani memiliki pohon petai. Mereka menanam petai di perbukitan dan dataran tinggi.

Kualitas petai di Lebak cukup bagus dan dipasok ke luar daerah, seperti Rangkasbitung, Tangerang, Jakarta dan Bogor.

“Kami merasa terbantu panen petai itu bisa menghasilkan pendapatan untuk keluarga,” kata Sueb menambahkan.

Begitu juga Santa (55). Petani Badui warga Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak itu mengaku dirinya panen petai 4 pohon dan ditampung di tingkat petani Rp1.500 per papan.

“Jika panen 4 pohon, pendapatan yang masuk bisa Rp30 juta,” kata Santa.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan saat ini komoditi petai hasil perkebunan masyarakat menjadi andalan ekonomi.

Perputaran uang dari hasil penjualan petai bisa mencapai miliaran rupiah per panen dan bisa menyerap lapangan pekerjaan mulai buruh panjat pohon, buruh panggul, biaya transportasi hingga pedagang pengecer.

Petai yang memasuki panen itu berbarengan dengan panen durian yang tersebar di Kecamatan Leuwidamar, Bojongmanik, Cirinten, Sobang, Muncang, Gunungkencana, Cibeber dan Sobang.

“Panen petai itu berlangsung sampai dua bulan, November-Desember,” katanya menjelaskan.

Dalam dunia bisnis, petai telah menjadi komoditas yang bernilai tinggi, terutama bagi para produsen dan eksportir di wilayah Asia Tenggara.
Permintaan global terhadap petai terus meningkat karena kepopulerannya dalam berbagai hidangan tradisional dan kreatif.

 

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali