Jakarta, Gempita.co- Pemerintah membuka peluang investasi seluas-luasnya di sektor kelautan dan perikanan. Di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara misalnya, tersedia tanah seluas 7,92 hektare di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) untuk industri perikanan dan penunjang.
“Lahan tersebut pun semakin potensial mengingat terletak di daerah penangkapan ikan di WPP 714 dan 715,” kata Kepala PPS Kendari, Mansur, Selasa (15/12).
Saat berbicara di webinar Marine and Fisheries Business and Investment Forum bertajuk ’Peluang Investasi Kelautan dan Perikanan Unggulan Menyambut Era New Normal’, Mansur memaparkan keuntungan berinvestasi di PPS Kendari seperti aksesibilitas jalur distribusi ikan dari dan keluar PPS dengan adanya Bandara, Kendari New Port, infrastruktur jalan beraspal tanpa hambatan dan jembatan Teluk Kendari yang bisa ditempuh dalam waktu relatif singkat dari PPS.
Bergeser ke Sulawesi Tengah, terdapat kawasan industri aquakultur terintegrasi di Luwuk -Banggai. Business Development PT Courage Consulting Indonesia, Syarif Wijaya Salim menyebut komoditas yang diangkat adalah udang vannamei.
”Keunggulan kawasan industri budidaya udang adalah dikelola dengan smart management system dimana menggunakan integrated command center untuk manajemen tambak udang dan pemantauan realtime online melalui HP, sistem pemberikan pakan otomatis dan layout tambak efisien,” terang Syarif
Kemudian di sisi selatan, tepatnya di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menawarkan investasi yang tak kalah menarik. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sumbawa, Junaidi memastikan, dia bersama Pemerintah Provinsi NTB telah mendorong percepatan pembangunan di kawasan Saleh-Moyo-Tambora (SAMOTA) yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi di Sumbawa.
Di kawasan tersebut, tepatnya Teluk Saleh selain memiliki aquarium raksasa, komoditas potensialnya adalah mutiara, kerapu, rumput laut, tambak garam dan udang. Selain SAMOTA, Junaidi juga menawarkan peluang investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Teluk Santong.
“Pulau Moyo memiliki Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut. Sedangkan Tambora termasuk Geo Park,” ujar Junaidi.
Sementara di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menawarkan budidaya perikanan. Daerah ini pun memiliki potensi tambak 6.457,6 hektare dan budidaya kolam seluas 1.845 hektare.
Kepala Dinas Perikanan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sambas, Ilham Sehan, menyebut ada 7 kecamatan yang menjadi sentra produksi budidaya air payau dengan lahan tambak produktif seluas 1.310,5 hektare.
”Saat ini, tambak udang di Kecamatan Paloh milik masyarakat menggunakan pola kemitraan dalam pemanfaatan lahan dengan sistem bagi hasil antara masyarakat pemilik lahan dan Koperasi Nelayan Paloh Jaya sebagai pengelola tambak udang,” jelas Ilham.
Berikutnya di sisi barat Indonesia, tepatnya di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat, Kepulauan Bangka Belitung, juga menawarkan aksesibilitas infrastruktur untuk menarik investor. Kepala PPN Sungailiat, Anam Tofani membeberkan keunggulan berinvestasi di PPN Sungailiat adalah akses yang mudah, ketersediaan lahan yang luas, fasilitas memadai, sumber daya ikan melimpah.
“Bisa untuk investasi jangka panjang juga,” terang Anam.
Sebagai informasi, kinerja investasi sektor kelautan dan perikanan yang bersumber pada PMA, PMDN, dan Kredit Investasi sampai dengan Triwulan III-2020, telah mencapai Rp4,55 triliun atau mencapai 87,33% dari target tahun 2020 sebesar Rp5,21 triliun.
“Pengolahan dan budidaya adalah bidang usaha dengan kontribusi tertinggi dalam realisasi investasi, dengan proporsi masing masing 29,53% dan 29,22%,” terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti.
Sumber : Humas Ditjen PDSPKP