Pencetak Sejarah Olahraga tak Boleh Dilupakan, NOC Indonesia Cari Terobosan Jaminan Hari Tua untuk Olympian

Jakarta, Gempita.co-Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) bakal berusaha mencari jalan keluar untuk jaminan hari tua bagi Olympian.

Hal ini dilakukan sebagai upaya agar tidak ada Olympian yang mengalami kesulitan untuk membiayai masalah kesehatan selepas pensiun.

Bacaan Lainnya

Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari mengatakan pencetak sejarah olahraga tak boleh dilupakan. Terutama para Olympian atau atlet-atlet yang pernah membawa nama Merah Putih di kancah Olimpiade.

Hal itu disampaikan Okto, sapaan Raja Sapta, di hadapan pewarta dalam kegiatan “NOC Indonesia Sapa Olympian”. Okto didampingi Sekretaris Jenderal Wijaya Noeradi menyapa Olympian yang pernah turun di Olimpiade 1988 Lilies Handayani (panahan) dan Mardi Lestari (atletik).

Lilies dalam kesempatan itu menjelaskan kondisi rekannya yang berjuang bersama meraih perak Olimpiade 1988 Seoul, Kusuma Wardhani yang tengah terbaring di RS Hermina Makassar usai terkena serangan stroke hingga masuk kamar ICU. Begitu juga kondisi Mardi masih dalam masa pemulihan karena penyakit kangker getah bening stadium ringan dan gangguan hati serta ginjal.

“Saya bersama NOC Indonesia tentu prihatin dengan kondisi para Olympian yang tengah sakit. Kami akan menyampaikan insiatif kepada pemerintah bahwa perhatian harus diberikan kepada penjaga martabat bangsa. Ini tanggung jawab bersama, tak hanya pemerintah, tapi juga swasta dan perorangan,” kata Okto.

Lebih lanjut, Okto mengatakan diperlukan affirmative action agar perusahaan swasta mau terlibat aktif di bidang olahraga melalui program tanggung jawab sosial atau coorporate social responsibility (CSR). Hal ini dapat diberikan kepada perusahaan yang mau berkontribusi bagi perkembangan olahraga, baik pembinaan atau sumbangsih terhadap para Olympian.

“Jadi dengan begitu kita bisa membuat misalnya asuransi bagi Olympian, entah insentif atau apa bentuknya. Kita tahu saat ini perhatian pemerintah kepada olahraga luar biasa, baik soal bonus atlet berprestasi dan lainnya,” kata Okto.

Di samping itu, NOC juga akan berkomunikasi dengan Indonesia Olympian Association (IOA) sehingga dapat bekerja sama dengan pemerintah atau pihak ketiga guna mengantisipasi adanya Olympian yang kesulitan di hari tuanya.

“Situasi seperti sakit dan musibah tidak bisa dihindari. Musibah bisa terjadi, tinggal bagaimana kita menyiasati tantangan yang dihadapinOlympian. Kami akan mencoba membuka sistem, formatnya harus dimatangkan yang bisa berguna bagi para Olympian dan itu harus didukung semua pihak,” kata Okto.

Sementara itu, Lilies berterima kasih atas perhatian NOC Indonesia. Menurutnya terobosan yang ditawarkan NOC sangat penting bagi para Olympian, terutama yang jatuh sakit di hari tua.

“Kondisi Kusuma Wardhani hari ini sudah bisa pindah dari kamar ICU ke ruangan biasa. Terima kasih atas perhatian NOC Indonesia, apalagi tadi disampaikan Pak Okto yang juga mau membantu mencari solusi bagi para Olympian di hari tua. Tentu ini sangat berarti bagi kami,” ujar Lilies.

Sementara itu, Mardi menyampaikan terima kasih atas perhatian organisasi non-pemerintah pimpinan Raja Sapta Oktohari yang mau menyapa dan berkomunikasi dengan Olympian yang saat ini sudah pensiun.

Mardi merupakan sprinter tercepat di era-nya. Ia tampil Olimpiade Seoul, di mana kala itu ia mampu tampil hingga semifinal 100m. Mardi juga turun di lintasan Barcelona 1992.

“Kondisi saya kini sudah mulai membaik. Sudah menjalani berbagai pengobatan dan perawatan selama tiga tahun terakhir, tapi kini sudah beralih dengan pengobatan herbal.

Saat ditanya apa harapannya, Mardi mengatakan dia tidak mau jika dipikir meminta-minta bantuan di tengah kondisinya yang susah.

“Kalau untuk meminta bantuan ke pemerintah, bagaimana ya. Saya seperti tidak enak hati untuk meminta bantuan karena saat saya sebagai atlet, pikiran saya hanya ingin juara saja,” kata Mardi.

Pos terkait