Pengembangan KUMKM Butuh Cara Baru yang Luar Biasa dengan Memanfaatkan Iptek

Banda Aceh, Gempita.co – Dalam situasi yang tidak menentu seperti sekarang ini, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dituntut untuk dapat beradaptasi.

Diperlukan cara-cara baru yang luar biasa (Extraordinary) dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, cara-cara kreatif dan inovatif dalam pengembangan Koperasi dan UMKM.

Bacaan Lainnya

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menegaskan hal itu dalam acara Silaturahmi Bisnis Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (Silabis ISMI) ke 12 di Banda Aceh, Rabu (16/6/2021).

“Saya memberikan apresiasi kepada Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia atas terlaksananya kegiatan Silaturahmi Bisnis ke-12 di Aceh dan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Kementerian Koperasi dan UKM tentang Pengembangan Teknologi Inovasi dan Kewirausahaan Bagi Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,” ungkap Teten seusai acara.

Hadir dalam kesempatan itu, SeskemenkopvUKM Arif Rahman Hakim, Ketua Umum ISMI Ilham Akbar Habibie, Staf Ahli Menkop UKM Luhur Pradjarto, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman, Bupati Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim, Ketua ISMI Provinsi Aceh Nurkholis, dan peserta Silabis dari Selindo.

Pada kesempatan diskusi, Seskemenkop UKM Arif Rahman Hakim menegaskan bahwa, sinergi antara pemerintah dan ekspertis dan juga para pakar yang tergabung dalam ISMI seperti saat ini sangat diperlukan untuk mengakselerasi pelaksanaan program pemberdayaan dan pengembangan koperasi dan UKM.

“Tahun ini, Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan 2,5 juta sektor informal untuk bertransformasi ke formal. Melalui kemudahan perizinan, sertifikasi, standarisasi dan pemasaran diharapkan usaha mikro sebagai ekonomi subsisten yang menyerap kurang lebih 97 persen lapangan pekerjaan mampu bertahan dan tetap produktif,” jelasnya.

Sedangkan dari sektor usaha kecil dan menengah, kami mendorong peningkatan kontribusi ekspor ke level 15,2 persen di tahun ini. Dalam hal ini, peran konsolidator, agregator dan enabler sangat kami butuhkan untuk memperluas pasar ekspor produk UKM unggulan yang saat ini mulai kembali menggeliat.

Lebih lanjut, Arif Rahman Hakim mengatakan peningkatan rasio kewirausahaan harus dilakukan jika ingin menjadi negara maju. “Di 2021, kami menargetkan sebesar 3,55 persen. Tak kalah penting, di tahun 2021 mampu melahirkan 100 koperasi modern terutama koperasi di sektor pangan,” jelasnya.

Di samping itu, lanjut nya, untuk memperluas pasar produk UMKM dan Koperasi, 40 persen anggaran belanja kementerian dan lembaga harus dialokasikan untuk membeli produk UMKM dan koperasi. Untuk itu produk-produk UMKM harus berkualitas dan berkelanjutan sehingga dapat memenuhi pesanan- pesanan sebagaimana yang diharapkan pada belanja barang oleh Pemerintah.

Keberadaan pendamping maupun kurator sangat diperlukan untuk mendampingi para pelaku UKM dan koperasi dalam memproduksi barang-barangnya.

“Tentu target-target besar ini tidak dapat dicapai tanpa kolaborasi dengan berbagai pihak. Pendampingan dan
pemberdayaan berkelanjutan, riset-riset yang produktif, serta peningkatan literasi dan pengetahuan Koperasi dan UMKM adalah sumbu kemajuan,” aku SesKemenkopUKM.

Oleh karena itu, menurut ia, kerja sama yang dijalin dengan Ikatan
Saudagar Muslim se-Indonesia, melalui program Teknologi dan Inovasi Kewirausahaan (TEKNOSA) bagi Koperasi dan UMKM, dan dengan jaringannya yang luas di harapkan mampu menjadikan Usaha Kecil Menengah naik kelas, dan melahirkan Koperasi Modern yang mampu berfungsi sebagai agregator bagi UMKM.

Dalam kesempatan yang sama, Ketum ISMI lllham Akbar Habibie mengatakan struktur perekonomian Indonesia saat ini, kurang seimbang dan kurang adil, dimana terlalu banyak jumlah pengusaha UMKM yang mencapai minimal 95 persen dari seluruh sektor lapangan usaha.

“Saya melihat perlu ada keberpihakan, perlu lebih banyak berjuang untuk pengusaha kecil yang khususnya Muslim, karena itulah ISMI didirikan,” kata putra Presiden RI ke-4 B.J.Habibie itu.

Menurut Ilham Habibie, dalam perjalanannya membela pengusaha kecil, salah satu kelemahan UMKM adalah mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam melakukan go inovasi.

“Yang dimaksud disini adalah produk yang unggul, yang memiliki nilai tambah atau value added. Bahan baku atau materi boleh sama namun yang satu ada nilai tambah, sehingga harganya lebih mahal. Memberikan nilai tambah ini kata kuncinya adalah teknologi, dengan masuknya teknologi inovasi, suatu produk bisa menjadi sesuatu yang canggih dan bernilai lebih mahal” kata Ilham.

“Nah, kami selalu menekankan dan mengkombinasikan yang dinamakan Teknosan, yaitu kombinasi antara teknologi, inovasi dan kewirausahaan. Wirausaha, itu intinya kan usaha yang tujuannya agar produk ini bisa berkesinambungan atau berkelanjutan. Dan
dengan memperkuat UMKM juga bisa meningkatkan lapangan pekerjaan untuk lebih banyak orang,” lanjut Ilham pula.

Ilham menambahkan, dengan latar belakang itu, ISMI berupaya melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholder seperti KemenkopUKM maupun Perguruan Tinggi untuk memperkuat teknologi inovasi dan kewirausahaan di kalangan UMKM khususnya yang tergabung dalam ISMI.

Sebelumnya Walikota Banda Aceh Aminullah Usman yang juga ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Aceh, mengatakan, Banda Aceh memiliki wilayah yang tidak terlalu luas dibanding kota lain di Provinsi Aceh.

“Dengan luas hanya 61 km dan penduduk 260 ribu jiwa, perekonomian Banda Aceh kebanyakan dari sektor perdagangan dan wisata,” kata Walikota Aminullah.

Walikota Aminullah menjelaskan, sektor perdagangan yang mayoritas pelakunya adlah UMKM, mampu tumbuh dalam beberapa tahun terakhir ini. “Pada 2017 jumlah UMKM di kota Banda Aceh baru 8.551, pada saat ini sudah tumbuh menjadi 15.500 unit atau naik 82 persen dalam rentang waktu empat tahun.

Sebagai kota wisata, Banda Aceh juga memiliki banyak destinasi wisata, seperti Masjid Raya Baiturahman yang pada 2018 meraih anugerah sebagai pesona wisata halal di Indonesia. Selain itu ada museum Tsunami yang juga mendapatkan penghargaan sebagai pesona wisata unik se Indonesia.

“Untuk kulinernya, masakan Aceh sudah diakui sangat enak, demikian juga dengan kopinya yang sudah terkenal. Dan untuk lebih mempopulerkan kopi Aceh, kami berencana menggelar kontes kopi di Banda Aceh,” tandasnya.

Pos terkait